Sabtu, 20 Juni 2015

Film-Film Indonesia yang Mendidik

Hai Sobat!! Berikut ini akan saya share untuk kalian beberapa film di Indonesia yang menurut saya mendidik dan patut ditonton. Check this out ;)

  1. Petualangan Sherina

    Sutradara : Riri Riza
    Makna tersirat tersampaikan di film ini. Mengenai penerapan hukum simbiosis mutualisme dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dalam menjalani kehidupan harus saling memberikan keuntungan. Bersikap jujur, tolong-menolong, pemaaf, penyabar, bertanggung-jawab, menghormati, menghargai, menyayangi. Tidak boleh bersikap licik, sebagai penerapan hukum simbiosis parasitisme yaitu manusia yang satu mendapatkan keuntungan sementara yang lainnya merugi. Hal tersebut tidak menerapkan keadilan dalam kehidupan sosial karena sejatinya manusia sebagai makhluk sosial saling membutuhkan. Dalam film ini simbiosis parasitisme berperan dominan. Di akhir cerita, ketidakadilan dikalahkan oleh kecerdikan dan keberanian Sherina. Keadilan dan kebahagiaan selalu datang di akhir kisah.
  2. Laskar Pelangi

    Sutradara : Riri Riza
    Sebuah adaptasi sinema dari novel fenomenal "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata, yang mengambil setting di akhir tahun 70-an. Hal yang menarik dari cerita ini adalah hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan film ini dapat mengetahui perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit. Di tengah upaya untuk tetap mempertahankan sekolah, mereka kembali harus menghadapi tantangan besar. Sanggupkah mereka bertahan menghadapi cobaan demi cobaan?
  3. Denias (Senandung di Atas Awan)

    Sutradara: John de Rantau
    Film ini mengisahkan sebuah perjalanan hidup seorang anak kecil dalam menggapai cita-cita dan impiannya. Usia anak itu adalah usia anak Sekolah Dasar, kira-kira 9-12 tahunan. Ia hidup dalam lingkungan masyarakat suku Boneo, tepatnya di daerah Papua, Irian Jaya. Nama anak itu Denias. Ia tergolong seorang anak dari keluarga miskin. Meskipun demikian, ia memiliki cita-cita dan impian yang tinggi, yaitu bersekolah. Sebagai anak orang miskin, Denias berani melawan siapapun demi kebenaran, tak peduli dengan siapapun bahkan dengan kepala suku sekalipun. Denias adalah anak yang berbudi baik. Ia tidak lupa dengan orang yang menolongnya. Film ini harus ditonton oleh mereka yang mengaku peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Merupakan sebuah film yang mampu membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang layak di negeri ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak terjadi diskriminasi-diskriminasi yang tidak masuk akal.
  4. Tanah Air Beta

    Sutradara: Ari Sihasale
    Film Tanah Air Beta ini diangkat dari kisah nyata seorang pengungsi eks Timor Leste. Film ini berpesan kepada kita bahwa kita harus menghargai waktu dengan keluarga. Suasana kehangatan dapat kita rasakan awalnya dari keluarga. Karena kita semua pasti belum siap jika harus terpisah dengan keluarga kita. Masih banyak saudara-saudara kita di daerah pengungsian Uabelo yang hidup terpisah dari keluarganya. Banyak di antara mereka yang tidak lagi merasakan kehangatan keluarga, buaian seorang ibu dan rasa aman berada di tengah keluarga. Rasa Nasionalisme yang tinggi para pengungsi ini tergambar jelas bagaimana mereka memilih menjadi bagian dari Indonesia, meski mereka tinggal di kampung pengungsian, dengan saran dan prasarana yang amat minim.
  5. Tendangan dari Langit
    Sutradara: Hanung Bramantyo
    Film ini mengisahkan perjuangan anak yang ingin mengejar cita-citanya yang bertentangan dengan keinginan ayahnya. Tendangan Dari Langit berkisah tentang Wahyu (Yosie Kristanto), anak SMA Desa Langitan yang biasa-biasa saja tapi berbakat luar biasa ketika kakinya menggiring bola. Bakatnya itu kemudian dilirik oleh Paklik Hasan (Agus Kuncoro), yang akhirnya menawari Wahyu untuk jadi pemain bayaran. Wahyu yang mengidolakan Irfan Bachdim itu tentu saja tak menolak, selain bisa bermain bola, dia dibayar pula. Selain berbagai rintangan yang harus ia hadapi layaknya seorang pemain bola sebelum mencetak gol, Wahyu juga harus menghadapi tantangan terakhir dari dirinya sendiri. Sebuah penyakit yang biasa menyerang anak-anak usia 16 tahun seperti Wahyu.
    Akankah Wahyu menyerah? Mampukah Wahyu melewati segala rintangan yang menghadang? Mungkinkah impian Wahyu untuk bermain bola bersama Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan di Persema terwujud?
  6. Hafalan Sholat Delisa
    Sutradara: Sony Gaokasak
    Kisah Delisa membawa kita pada penghayatan yang begitu dalam. Tentang keikhlasan, ketaqwaan kepada Tuhan, ketabahan dan juga mengajarkan bahwa bagaimanapun masalah yang kita hadapi, selalu ada Tuhan yang menjadi penolong kita. Dalam kehidupan sehari-hari juga banyak orang tua yang kurang peduli dengan nilai keagamaan anaknya. Kita juga dapat melihat di sekitar kita, banyak anak-anak yang kurang peduli dengan kegiatan keagamaannya seperti contoh kurang minatnya untuk menghafal doa sholat, surat-surat pendek dan membaca Al-Qur'an. Film Hafalan Sholat Delisa ini sangat bagus dan sangat baik untuk diterapkan dalam kehidupan beragama dan keluarga.
  7. Lima Elang
    Sutradara : Riri Riza
    5 Elang, sebuah film keluarga yang berkisah tentang petualangan Pramuka. Film 5 Elang yang menceritakan petualangan 5 anak saat mengikuti perkemahan pramuka bisa menjadi film hiburan keluarga sekaligus menanamkan nilai-nilai positif dari kegiatan pramuka. Kisah petualangan dalam film 5 Elang dimulai ketika dua dari lima Elang ini diculik oleh penjahat. Dalam film, terdapat pelajaran moral saat Baron berbaik hati menolong anak lain dengan mengambilkan balon yang tersangkut di antena di atas atap rumah yang bahkan sampai merelakan salah satu perangkat mobil RCnya dan mengajarkan pula budaya Go Green saat peran Rusdi mengatakan, "Maaf, kertasnya kecil. Penghematan buat pohon."
  8. Garuda di Dadaku


    Sutradara: Ifa Isfansyah
    Film Garuda di Dadaku merupakan salah satu judul film yang menceritakan tentang perjuangan seorang anak untuk bisa meraih cita-citanya menjadi pemain epak bola kebanggan Indonesia. Dia ingin menyematkan logo garuda dibajunya. Kebanggaan itupun yang terus menerus memotivasinya untuk selalu berlatih, dan berlatih. Namun sama halnya dengan film-film perjuangan lain, yang namanya perjuangan tidak selalu mulus untuk dijalani. Adakalanya seorang pejuang merasa letih dan putus asa karena ia hanya anak kampung yang tidak punya apa-apa untuk dibuktikan kalau bukan semangatnya yang menggebu-gebu. Namun ada kalanya dengan dukungan sahabat-sahabatnya tanpa kenal lelah ia terus mengasah kemampuannya mengolah sikulit bundar, hingga impiannya kelak akan jadi kenyataan.
  9. Garuda di Dadaku 2
    Sutradara: Rudi Soedjarwo
    Bayu yang dalam film ini sudah menjadi anggota sepakbola timnas U-15, ingin membuktikan kemampuan dirinya untuk membawa timnya menjuarai kompetisi junior tingkat ASEAN di Jakarta. Dengan dukungan sahabatnya (Heri), teman sekelasnya yang memikat hatinya (Anya), dan pelatih timnas dengan teknik unik (Pak Wisnu), Bayu memimpin teman-temannya berjuang keras untuk mencapai final. Namun kehadiran seorang pemain baru bernama Yusuf malah mengacaukan konsentrasi Bayu, apalagi Yusuf menjadi The Rising Star di tim tersebut dan makin akrab dengan Heri, sahabatnya. Dengan ditambah situasi tim yang makin porak-poranda Bayu menjadi semakin pesimis dan memilih kabur.
  10. Seputih Cinta Melati
    Sutradara : Ari Sihasale
    Salah satu pesan yang ingin disampaikan film ini adalah Tuhan tidak pernah memilih-milih siapa umatnya yang ingin bertobat, "Sejahat-jahatnya orang, kita punya satu titik dimana hatinya itu pasti tersentuh dan Tuhan tidak memandang umatnya siapapun yang mau bertobat. Pasti selalu ada jalan".
    Film ini mengisahkan tentang kejujuran dan ketulusan hati dua anak, Rian dan Melati. Bahkan sikap itu mampu mengubah hal yang tidak baik pada orang dewasa, juga membuat mereka bertobat.
  11. Sokola Rimba
    Sutradara : Riri Riza
    Banyak pesan tersirat yang disampaikan dalam film ini, yaitu diantaranya anak-anak rimba yang belum pernah belajar baca dan hitung rela berjalan berjam-jam untuk ikut belajar dimana Ibu guru Butet mengajar. Sedangkan kita yang dengan mudahnya mendapatkan akses untuk belajar banyak yang menyia-nyiakannya. Dan juga pesan untuk menjaga alam Indonesia kita. Menjaga pohon-pohon dari para penebang liar, menjaga agar habitat-habitat binatang dan tempat tinggal masyarakat suku dalam Jambi tetap ada untuk kelangsungan hidup mereka. Ini mungkin alasan kenapa film ini keluar pada tanggal 21 November 2013 karena bertepatan dengan Hari Pohon Sedunia.


    Semoga Bermanfaat (^o^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar